Lama tidak menulis lagi, setelah lebaran kemarin, ini hanya cerita angin lalu saja sekedar ngisi waktu rehat kerja :)
...............................
anak desa...... |
Teman
kotanya itu menoleh ke arah orang desa itu sambil tersenyum, dan kemudian
berkata, "Yang saya dengar hanyalah suara klakson mobil serta suara orang
lalu-lalang. Apa yang kau dengar?" "Ada seekor jangkrik di dekat sini
dan saya bisa mendengar suara nyanyiannya."
Teman dari kota itu mendengarkan dengan penuh perhatian, lalu menggeleng-gelengkan kepalanya dan berkata, "Saya pikir kamu hanya bergurau. Tidak ada jangkrik di sini. Dan seandainya ada, bagaimana orang bisa mendengar suaranya di tengah kebisingan jalan ini? Jadi kamu pikir kamu bisa mendengarkan suara seekor jangkrik?" Kata orang desa itu, "Ya! Ada satu ekor yang bernyanyi di sekitar sini sekarang."
Teman dari kota itu mendengarkan dengan penuh perhatian, lalu menggeleng-gelengkan kepalanya dan berkata, "Saya pikir kamu hanya bergurau. Tidak ada jangkrik di sini. Dan seandainya ada, bagaimana orang bisa mendengar suaranya di tengah kebisingan jalan ini? Jadi kamu pikir kamu bisa mendengarkan suara seekor jangkrik?" Kata orang desa itu, "Ya! Ada satu ekor yang bernyanyi di sekitar sini sekarang."
Orang desa
itu berjalan ke depan beberapa langkah, lalu berdiri di samping tembok suatu
rumah. Di situ ada tanaman yang tumbuh merambat. Orang desa itu memetik
beberapa daun, dan di atas daun itulah terdapat seekor jangkrik yang bernyanyi
keras sekali. Teman dari kota itu kini bisa melihat jangkrik itu, dan dia pun
mulai bisa mendengar kan suara nyanyiannya. Ketika mereka kembali
berjalan-jalan, orang kota itu berkata kepada teman desanya, "Kamu secara
alami bisa mendengar lebih baik dari kami." Orang desa itu tersenyum dan
kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya sambil berkata, "Saya kurang setuju
dengan pendapatmu. Orang desa tidak bisa mendengar lebih baik daripada orang
kota. Sekarang lihat, saya akan memperlihatkannya kepadamu!"
Lalu, orang
desa itu mengambil uang logam dan menjatuhkannya di trotoar. Bunyi uang logam
itu membuat banyak orang menoleh ke arahnya. Kemudian orang desa itu memungut
uang logam itu dan menyimpannya kembali di kantungnya, dan kedua orang itu
kembali berjalan-jalan. Kata orang desa itu, "Tahukah kamu sobat, suara
uang logam itu tidak lebih keras daripada nyanyian jangkrik tadi. Meski
demikian, banyak orang kota mendengarnya dan menoleh ke arahnya. Di lain pihak,
saya adalah satu-satunya orang yang mendengar suara jangkrik itu.
Alasannya
tentu bukan bahwa orang desa bisa mendengar lebih baik daripada orang kota.
Tidak. Alasannya adalah bahwa kita selalu mendengar dengan lebih baik hal-hal
yang biasanya kita perhatikan." Seringkali ketika kita dalam masalah, kita
berteriak memohon pertolongan pada Tuhan, dan kita merasa Dia diam saja. Ketika
membaca cerita ini kita jadi sadar, sebabnya bukan karena Tuhan tidak menjawab,
tapi karena kita lebih fokus pada diri kita sendiri dan permasalahannya
daripada fokus pada Tuhan dan pertolongan-Nya. Kita memasang telinga agar Tuhan
menjawab sesuai dengan keinginan dan cara kita dan menolak suara Tuhan yang
mengatakan bahwa Dia menyediakan jalan lain yang lebih baik!
Yah mungkin ini hanya cerita, tetapi kisah ini menggambarkan kondisi orang-orang saat ini, dimana mereka tuli dengan apa yang mereka dengar di hatinya,jika setiap orang sudah seperti orang kota ini maka dari tuli ini orang kota ini menjadi buta hatinya dengan apa yang ada di sekitarnya.
Semoga bermanfaat yang membacanya, dan ketemu di tulisan yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
test